Testimoni

Berikut Beberapa Testimoni Pengguna BioCypress : 

Testimoni Pribadi ( Yuly Hermawan S - Magelang ) :

Dulu saya punya keluhan nyeri pinggang bawah ( kalau orang jawa bilang " Pongkrong " ) sudah sekitar satu tahun. Saya sudah mencoba untuk diobati dengan cara dipijat, awalnya sembuh tapi akhirnya kambuh lagi. Akhirnya bulan Maret 2017 saya diperkenalkan BioCypress oleh teman saya, dan setelah saya coba konsumsi Alhamdulillah nyeri pinggang bawah saya berkurang banyak sekali sehingga saya bisa melakukan aktivitas dengan lebih leluasa. BioCypress memang Joss!!!

CARISSA - ACEH 
 
FAKTA BERBICARA
"LUPUS CARISSA SEMBUH DENGAN BIOCYPRESS"*

LAYAKNYA seorang bocah, *Carissa (7 tahun)* adalah sosok yang lincah dan periang, teman bermain yang menyenangkan kakaknya, _Gheby_. Namun, keriangan itu tak berlanjut lama.

Awal Januari 2016, tiba-tiba Carissa diserang sakit demam yang tinggi. Sakitnya sering kambuh tiap menjelang sore, atau petang. Sang Mamanya, *Vika Astiary (34 tahun)*, yang bertempat tinggal di Desa Ie Masen Kayee Adang, Kota Banda Aceh, menyangka anaknya hanya sakit demam biasa. Sebab itu, dia hanya mencoba memberikan obat-obatan lepas saja. Namun, upaya tersebut tidak berhasil. Carissa masih dikambuhi demam yang tinggi.

Hari berikutnya, Vika membawa Carissa konsultasi ke dokter. Dari satu dokter ke dokter yang lain, namun belum juga membuahkan hasil. Yang satu menyatakan gejala sakit DBD (demam berdarah), sementara hasil konsultasi dengan dokter lain dinyatakan Carissa kemungkinan menderita gejala tipus. Singkatnya, kondisi Carissa tidak ada kemajuan.

Suatu waktu, seorang dokter umum senior di Banda Aceh memberi saran kepada Vika. _"Sebaiknya anak ibu dicek saja ke Penang, supaya jelas penyakitnya. Kemungkinan dia diserang virus tertentu,"_kata sang dokter. Mendengar arahan itu, Vika semakin kuatir bercampur susah. Sesuatu yang wajar selaku orangtua.

Berbekal dana secukupnya, pada akhir April 2016, Vika membawa Carissa ke Pulau Penang. Yang dituju adalah sebuah rumah sakit swasta, yang menurutnya, relatif terjangkau untuk ukuran ekonominya. Hasil diagnosa diputuskan jika Carissa harus diambil darah untuk diperiksa dan diuji lab. Hal yang aneh kembali dihadapi Vika, mama Carissa. _"Ibu kena tunggu 2 hari untuk dapat maklumat hasil uji darahnya kerana darahnya kena bawa dulu ke Kuala Lumpur,"_begitu ujar pihak medis di rumah sakit. Terus terang, Vika merasa ada yang aneh dengan penjelasan ini.

Hari yang ditunggu tiba. Hasil uji darah telah diperoleh. Pihak medis rumah sakit menyampaikan kepada Vika, _"Maaf bu, walau pahit harus kami sebutkan, anak ibu mengalami sakit LUPUS,"_. Mendengar itu, Mama Carissa merasa seperti disambar petir. Tanpa sadar dia menangis sejadi-jadinya. Tak pernah dia bayangkan tentang penyakit lupus itu. Apa itu, bagaimana bentuknya, apa bahayanya, bagaimana dampaknya bagi masa depan Carissa ? Benar-benar mengerikan.

Dengan menghabiskan biaya yang tidak sedikit, Carissa dibawa kembali ke Tanah Air dengan berbekal obat secukupnya. Hari-hari berikutnya Carissa masih tetap seperti biasa, tanpa ada perubahan. Kondisinya makin lemah, stamina mulai menurun, berjalan pun sudah mulai sulit, cepat lelah, tidak ada nafsu makan, dan tidak lagi ceria.

Atas saran keluarga, Carissa dikonsultasikan dengan seorang dokter di Medan. Langkah ini diambil untuk menghemat biaya. Tidak mungkin melanjutkan pengobatan ke luar negeri, apalagi dengan biayanya yang tidak murah. Untuk berobat di Medan saja biaya pengambilan obat lumayan besar juga, berkisar 1,8-2 juta untuk kebutuhan satu bulan minum.

Tapi bukan soal uang yang menjadi persoalan. Kondisi Carissa tetap juga tidak ada perubahan sama sekali. Bahkan, terkesan kian memburuk, untuk berjalan pun Carissa sudah tak kuat lagi. Dua tiga langkah berjalan, kakinya terasa lemas, tak bertenaga, sehingga harus dipapah atau digendong oleh mamanya.

Hingga suatu sore di hari Jumat, awal November 2016 lalu, Mamanya membawa Carissa bertamu ke rumah saya. Kebetulan Vika teman sekolah istri saya. Mereka sudah kenal baik, bagai keluarga.
_"Pa, coba lihat Carissa, sayang kali, Pa,"_ ujar pelan istri saya di hadapan Vika.
_"Kata dokter di Penang, dia sakit lupus,"_ tambah Vika, Mama Carissa. Saya menghela nafas panjang, prihatin. Apalagi melihat kondisi Carissa yang kurus, kuyu, tak bergairah, layaknya bocah lain yang seusianya.

Entah kenapa, tiba-tiba Mamanya menangis, lalu diikuti oleh tangisan istri saya. Saya yang berada dekat keduanya turut terharu pula, tertetes juga airmata, tak kuat melihat derita Carissa.
Di saat suasana sedih itu, saya beranikan diri berujar pada Vika. _"Saya punya produk herbal bagus, *BioCypress* namanya. Coba Vika berikan untuk Carissa, 2 butir pagi dan 2 butir malam. Ini sedekah saya, tidak perlu bayar,"_ tawar saya padanya.
_"Yakinlah pada Allah SWT. Kita minta lewat berdoa kepada-Nya. Siapa tahu, sakit lupus Carissa bisa sembuh,"_ tambah saya lagi.
Allah SWT adalah Sebaik-baik Pemberi Pertolongan. Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Setelah diberi minum *BioCypress* selama 2 hari (2 butir masing-masing pagi-malam), kondisi Carissa mulai ada perubahan. Malam kedua pasca minum *BioCypress* Carissa mengalami kesakitan yang luar biasa. Sepanjang malam dia meraung-raung, mengerang kesakitan. Persendian kakinya terasa mau copot. Carissa baru tenang saat menjelang subuh.

Keesokan harinya, kondisi Carissa semakin membaik. Seminggu kemudian, Carissa sudah bisa bermain krmbali seperti biasa. Dia sudah bisa melompat dan mampu berlari. Nafsu makannya pun sudah pulih kembali. Hingga kisah ini ditulis, Carissa sudah bisa beraktivitas, bersekolah dan mengaji seperti sedia kala.
Sang Mama, Papa, Oma, dan orang-orang terdekatnya begitu bahagia melihat kesembuhan Carissa dari penyakit yang menakutkan ini.

Terima kasih, Yaa Allah untuk segala hidayah dan nikmat-Mu ini. Kami merasa sangat bersyukur atas kesembuhan Carissa ini.

_*BioCypress telah membuka lembaran baru buat putri tersayang kami, Carissa*_.
_(Ditulis oleh *H. Rustam Effendi, SE, M. Econ, pemegang MCAC0001 Aceh*, sesuai yang diceritakan oleh Vika Astiary, Mamanya Carissa)_